Kamis, 16 November 2017

Help is on the Way: Doki-Doki Literature Club, Depression, and more

Alooo~
Saya balik lagi ngisi blog yang udah banyak sarang laba-labanya ini. Kali ini saya pengen mencurahkan hati saya (iya, curhat) di blog ini. Saya mau bicarain pengalaman saya tentang game VN yang lagi seneng-senengnya saya nikmatin: Doki-Doki Literature Club. Oh iya, SPOILER ALERT, guys.






Nah gitu lah, gambaran screenshotnya.

Doki-Doki Literature Club adalah sebuah game visual novel yang dibuat sama Team Salvato, yang nyeritain soal kehidupan ekskul sastra yang kita ikutin. Di dalam ekskul itu terdiri dari 4 anggota cewek: Sayori, Yuri, Natsuki, sama ketuanya Monika.
Di sini kita bisa berinteraksi sama anggota-anggotanya dan bantu mereka buat ngebangun ekskul biar lebih hidup. Nanti kita bakal ngerasain di mana kita bakal ngebantuin ngebuat kue, nyiapin buat festival, kerja kelompok, dll. Sisi menarik lainnya juga, kita bisa milih cewe mana yang kita suka.
Semuanya berjalan lancar dan kita enjoy sama ini game, namun semua berubah ketika---



SPOILER ALERT, I warned you~

Jadi, sebenernya post kali ini saya tidak terlalu memfokuskan kepada detil cerita dari game Doki-Doki Literature Club ini, melainkan ada satu karakter yang membuat saya tertarik untuk membahasnya. Dia adalah Sayori.




Sayori itu salah satu karakter DDLC yang berperan sebagai teman masa kecil dan tetangga sang protagonis (ya, itu kita). Dia punya kepribadian yang cerah, selalu ceria, tapi dia selalu ceroboh. Keliatan pas di mana dia selalu telat berangkat sekolah sama lupa nggak bawa duit buat bekel. Namun meskipun demikian, Sayori bisa jadi pereda kalau ada teman-temannya yang lagi adu mulut pas Monika nggak bisa jadi pereda mereka. Mungkin karena itu juga ekskul sastra bisa terjaga dengan baik.Dia juga yang maksa kita untuk ikut ekskul sastra, btw.

Namun di sisi lain, wajah ceria itu cuman topeng untuk menutupi sisi depresinya.

Di kemudian cerita, hari ketiga setelah kita bergabung di ekskul sastra, ekspresi Sayori yang awalnya ceria dari awal cerita, sekarang jadi pemurung. Bener-bener pemandangan yang bener-bener absurd pas saya mainin. Kok yang awalnya semangat setiap masuk di kelas ekskul sastra tiba-tiba jadi diem gitu? Pas hari itu juga dia tiba-tiba langsung pulang lebih cepet dari biasanya, jadi dia ngeskip bagian di mana kita harus bagi tugas untuk nyiapin buat festival.

Besoknya, saya coba ngehubungin Sayori karena dia nggak ada kabar semenjak itu. Nggak diangkat, chat pun nggak di-read. Oke, akhirnya coba saya nyamper dia.
Ketika masuk rumahnya, dia ternyata masih ada di kamarnya. Senyumnya keliatan pahit, kayak maksain, gitu. Kita sempet ngobrol sedikit soal udah berapa lama nggak main ke kamar, terus kutanya kabarnya dia gara-gara dia pulang cepet pas hari Jum'at itu. Dia langsung bilang kalau saya nggak usah khawatir soal dia, dia ngerasa bersalah karena dia terlalu nunjukkin sisi emosionalnya pas Jum'at itu. Saya coba maksa dia buat cerita, dan ternyata ia memang depresi sepanjang hidupnya, dengan kalimat-kalimat yang ngebuat dia terlihat merasa kuat. Itu juga jadi alesan kenapa dia selalu telat masuk sekolah, karena dia selalu nyari alesan untuk bangun dari kasur soalnya dia selalu merasa nggak berguna. Hal itu ngebuat dia selalu berpikir kalau dia bakal berusaha buat orang biar nggak khawatir sama dia. Ketika kutawarin untuk ngebantu dia, dia nolak dengan alesan takut bakal nyusahin hidup saya. Dia mau kita hidup seperti biasanya aja. Dia juga bilang kalau dia ngerasa egois dan bersalah karena dia sudah maksa saya buat ikut ekskul sastra.
Saya coba tetap nenangin dia, meskipun dia mikir kalau itu antara nyenengin atau nyakitin hati dia.

Terus apa yang terjadi? Besoknya dia---*sensor*


Help is on the waaaaaaaay~
Ngobrol soal depresi...

Akhir-akhir ini juga saya sering ngeliat beberapa temen saya di media sosial yang depresi juga. Penyebabnya karena berbagai macam kombinasi masalah yang berefek pada kesehatan mental. Menurut MaxCure Hospitals, depresi nggak cuma berlaku sehari dua hari, jenjang waktu orang depresi biasanya mencakup beberapa minggu hingga beberapa bulan. 
Ciri-ciri gejala orang terkena depresi yaitu:

  • Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan mengambil keputusan
  • Energi yang terkuras
  • Insomnia--tidak bisa tidur atau kebanyakan tidur
  • Merasa bersalah, tidak berguna, tidak memiliki harapan
  • Kehilangan ketertarikan dalam kegiatan atau hobi
  • Bertambah atau berkurangnya nafsu makan
  • Nyeri yang tak kunjung sembuh seperti sakit kepala, kram, gangguan saluran pencernaan, dll.
  • Perasaan sedih, ragu, dan "kosong" yang tak kunjung hilang
  • Pemikiran untuk bunuh diri 

Jika kita analisa gejala-gejala ini dengan cerita Sayori di atas, beberapa gejala terlihat pada Sayori seperti keraguan antara menceritakan masalahnya ke orang lain, sama hilangnya niat buat bangun cepet supaya nggak telat ke sekolah.

Sebenernya, semenjak salah satu kejadian pas September kemarin sampai sekarang, saya mengalami beberapa perubahan pola hidup, kayak ngerasa ilang semangat buat ngerjain aktivitas-aktivitas lain. Biasanya saya yang lumayan aktif di organisasi sekarang bahkan band pun saya udah kehilangan semangat. Rasanya pengen tidur gitu abis ada kuliah. Nafsu makan saya mulai nambah sampe saya dibilang gemuk sama ibu saya. Saya selalu mikir su'udzon juga. Lalu kadang saya mikir "gimana ya kalo saya nanti kecelakaan pas naik motor terus mati?", atau bahkan lebih parah lagi ngebayangin gimana cara nyimpulin tali buat gantung diri.
Gimana ya... Rasanya saya kehilangan salah satu alasan & tujuan hidup saya, meskipun di masa depan entah apakah alasan & tujuan itu bisa dateng lagi atau nggak. Wallahu a'lam.
Saya juga nggak tau ini bisa dibilang depresi atau bukan, tapi rasanya kalo saya ngaku kalo saya depresi, nanti dianggap jadi anak edgy. Jadi saya usahain juga untuk ngejaga diri saya agar tidak terlihat nge-down.

Tapi, terkadang saya coba buat ngebalikin mood lagi dengan berbagai cara. Ini beberapa step supaya semangat bangkit lagi. 

1. Find a song

Cari lagu yang upbeat, punya ritme yang ngebangkitin semangat, sama lirik yang bermotivasi. Mungkin contohnya seperti "Move Along"-nya All American Rejects atau "Takkan Terhenti Disini"-nya Alone At Last*. Atau kalau kalian lagi pada masa-masa melankolis dan nikmatin feel-nya, bisa dicari lagu sesuai dengan aliran kalian, sama liriknya yang ngegambarin perasaan kalian.
Alesan saya juga suka sama genre punk rock sama hardcore, mereka terkadang punya lirik sama ritme lagunya yang ngebuat saya harus terus ngelawan. Rise Against adalah band yang paling ideal dalam telinga saya, karena selain mereka berbicara soal permasalahan sosial yang ada di sekitar, mereka juga menulis beberapa lagu perlawanan dan sesuatu yang ngebuat saya bangkit lagi.
Kalo saya lagi galau-galaunya, saya biasa denger lagu-lagu dari Green Day. Mereka salah satu obat penenang saya saat September kemarin.





2. Cari kegiatan lain
Mungkin kita terlalu lelah buat ngelakuin kegiatan-kegiatan yang sama terus, saatnya kita mencari kegiatan baru yang dapat mengalihkan perhatian kita dari pemikiran-pemikiran negatif. Nonton film, olahraga, traveling, touring pake motor, wisata kuliner, dll.
Saya dulu cari game baru di hape sama streaming film-film gangster, karena saya benar-benar kehilangan passion buat main gitar.

3. Curhat
Opsional sih, karena beberapa orang pun ada aja yang bukan tipe yang bisa dicurhatin, karena tanggapan orang (termasuk orang tua) pun kadang bisa ngehasilin output yang sangat random ke kita. Bisa itu jadi lebih baik atau malah memperburuk. Jadi lebih baik curhat sama Allah SWT aja.
Dan itu mengingatkan saya ke nomor...

4. Ibadah
Mendekat dengan Tuhan itu bener-bener ngaruh lho sebenernya, cuman terkadang banyak yang nangkep "ibadah sebagai obat" itu malah nggak efektif, karena beberapa orang (termasuk saya sebenernya, pernah) bilang kalau depresi itu gara-gara kita nggak deket sama Yang Maha Kuasa. Well, nggak salah menurutku, cuman cara kita memberikan knowledge soal "ibadah sebagai obat"-nya itu yang terkadang kudu kita pertanyakan, karena orang yang sedang depresi terbilang susah sekali untuk menerima nasihat. Jadi, yang kudu kita lakuin itu buat mereka tenang dulu, sampai mereka nyaman sama kita, kemudian kita ajak mereka untuk beribadah mendekatkan diri. Sisanya? Kita cukup berserah diri kepadaNya sambil membantu mereka sembuh.

Yak, mungkin cukup sekian curhatan saya di post ini, selain saya mencoba untuk menulis kembali apa yang saya pikirkan, saya menulis ini untuk memenuhi tugas saya di mata kuliah Manajemen Pengetahuan. (Assalamu'alaikum, Bu Reva~ 'w')/ )

Thanks for reading, guys!

---------------------------------------------------
Source to read:
MaxCure Hospitals - Know Yourself How To Recognize Depression
MaxCure Hospitals - What is Crippling Depression?
Risa Media - Monika: Depresi dan Bunuh Diri adalah Masalah Serius!
Doki-Doki Literature Club Official Site





















Just Monika.
Just Monika.
Just Monika.