Senin, 19 Agustus 2013

We Are All We Have

Judul ini ngambil dari judul lagu The Casualties.
Awalnya saya ngespell nama band itu "The Casualities", dan ternyata saya salah. Kelebihan huruf "i".
Dan kenapa saya bahas ginian? Saya juga ga tau.


Sudah sekian lama ngga update blog, dan saya berkecimpung dengan waifu-waifu baru selain Miku. Diantaranya adalah Yatogami Tohka dan sekarang yang beruntung: Nepgear. 

Nepgear, from Hyperdimension Neptunia the Animation.



"....and here goes her HDD mode."

Akhir-akhir ini, Nepgear-lah yang mengisi kehidupan saya, dari mulai jaga lilin (baca: translating) sampai lagi badmood baru dia yang membuat ana ceria lagi. Terkesan seperti Nepgear teriak di depan saya, "tatakae, Rifki-nii!"  (loh ini Nepgear apa Eren Jaeger dari Shingeki no Kyojin?)

Sepintas ide melintas bagaikan Michael Schumacher balapan di Tol Cipularang. "Mengapa nggak buat style-mu sendiri?"
Boleh juga tuh, dan akhirnya saya mencoba untuk mencoba mengintegrasikan kedua budaya yang ana favoritkan dalam rangka penambah semangat dalam hidup. Pertama-tama, saya teringat waktu pentas seni awal tahun yang lalu, ada kakak kelas yang perform. Di tengah-tengah lagu, ia mengangkat gitar dan menunjukkan kepada para crowds sebuah nama perempuan yang terbuat dari lakban. Mungkin itu nama pacarnya? Yang saya tau, kadang-kadang musisi indie membuat suatu nama/kata dari selotip/sticker buatan sendiri di instrumennya. Contoh lain adalah video klip dari Pee Wee Gaskins yang berjudul "Dari Mata Sang Garuda". Disana ada bagian bang Dochi angkat bass dan menunjukkan suatu kata (yang mungkin itu sebuah nama) yang mengacu bahwa beliau mengekspresikan sesuatu seperti yang dilakukan kakak kelas saya diatas. (correct me if I'm wrong dan kasih tau kalo ada artinya ;) )
 


 Akhirnya saya coba membuatnya di si "Miku". Dengan bantuan lakban hitam dan gunting (dan juga delusi :v )..... dan voila!



Forever alone level: indie guitarist
Berhubungan dengan yang di atas tadi, itu memicu permasalahan terbesar dalam hidup saya. Salahkah saya melakukan hal seperti ini?

Sekarang, menjadi apapun itu susah. Mau jadi anak punk atau hardcore, dibilang poseur. Mau jadi otaku, dibilang weeaboo. Mengaku dengan kata "anime lovers" juga salah. Harus bagaimana kita untuk menunjukkan jati diri? Hal-hal seperti ini bisa membuat jati diri yang ingin kita cari semakin GALAU (make kata "galau" biar mainstream :v ).
Ngga ada salahnya kan kita berekspresi? Mau jadi otaku kan ngga ada yang ngelarang asal ngga sampai merugikan orang lain. Mau berpacu dalam bidang independent alias indie asal kita bener-bener paham pengertian "indie" itu dan mau mengamalkan paham itu. Pengertiannya bisa dibaca di blognya agan ini. http://knowledgemusics.blogspot.com/2012/03/pengertian-indie.html (thanks to akang Jodi Power Ranger dan blog knowledgemusics-nya). Berlaku juga untuk budaya dan paham lain. Orang yang palsu itu adalah orang yang ikut-ikutan tanpa tau paham dan asal muasalnya. Pengalaman dulu saya awalnya ngga suka Pee Wee Gaskins karena kata orang mereka itu homo, sombong, gitu-gitu lah. Ternyata, tanggapan itu salah setelah saya dengar lagu-lagunya dan sejarah awalnya PWG dan APWG. Lucunya, kang Eye gitaris PWG ngalamin hal yang sama hingga dia jadi gitaris PWG. Bisa dibaca disini http://duniaparasit.blogspot.com/2011/08/sedikit-bercerita-oleh-eye-pee-wee.html (thanks to akang Unggul Anggoro dan blog Dunia Parasit-nya).

Bagaimana dengan orang lain yang "baru" di dunia tersebut?

Kalo saya pribadi, saya bimbing mereka dengan baik-baik dan bertanya seputar hal tersebut. Kalo ngotot ya udah biarin asal ngga ganggu orang lain aja. Hal yang membuat saya kesel di internet selama ini, ada orang yang merasa sudah menguasai bidang tersebut namun ketika ada orang lain yang masih awal dan sedang dalam "masa pembelajaran", orang yang ahli tersebut menjatuhkan orang yang baru tersebut dengan sarkasme dan kata-katanya yang arogan seolah-olah dia sangat egois dengan dunianya.
Apa ga boleh gitu setidaknya membenarkan apa yang salah tanpa menjatuhkan mentalnya? Disini saya bukan menyindir seseorang, tapi apakah segitunya orang yang baru ingin belajar dunia yang kita tempati? Rata-rata permasalahan ini banyak muncul di kalangan pecinta Japanese Culture.


Saya menulis (ups, mengetik) entri blog ini untuk semata-mata mengajak kita untuk menciptakan suasana yang berjati diri, berakhlak, berintegrasi dan unity di dunia maya ini, bahkan dunia asli juga.

Jadi ayo kita sama-sama semangat mencapai hidup dan menjadi apa yang kita mau!

Bonus:
Terima kasih banyak kakak kelas saya yang udah support. Respect. ^^7




Tidak ada komentar:

Posting Komentar